MENEMUKAN SEMANGAT MENULIS
Pada jaman modern sekarang ini banyak
sekali serial buku menawarkan tema yang amat luas demi menjangkau kalangan
tertentu sebanyak-banyaknya. Termasuk remaja, ibu-ibu, wanita karier,
kakek-nenek, bahkan narapidana.
Pembaca bisa
memulai dari mana saja sebab kualitas cerita dan tujuannya sama, yaitu
menyentuh, mengharukan, memberi semangat. Kisah-kisah di dalam cerita sarat
dengan pelajaran, wawasan, dan kebijaksanaan, hingga selesai membaca salah satu
kisah, pembaca sering terenyak oleh betapa hidup seseorang bisa berubah oleh
peristiwa tertentu yang sangat mengesankan; ketika itulah seseorang mendapat
pelajaran hidup yang tiada terkira mahal, melekat terus dalam benak, sulit
dilupakan.
Pemberi
semangat bisa dipastikan adalah bukan jenis penulis atau “sastrawan” lusuh,
kere, atau yang hidup dalam ketegangan mencari ide orisinal dan ingin menelurkan
karya fenomenal, akan tetapi mereka adalah jenis penulis sukses yang mau belajar
dari kesalahan dan hati-hati menjalani karier. Meski bukan tipe penulis kelas
pemenang hadiah Nobel dan anugerah sastra terkemuka, teladan dari mereka ialah
disiplin, berdedikasi, dan profesional.
Kisah penyemangat
dari beberapa penulis lain terungkap satu demi satu, hanya nuansa dan
penekanannya berbeda-beda. Kisah itu ditulis jujur, tulus dengan tujuan berbagi
gairah, kebahagiaan, pelajaran, dedikasi, profesionalisme, disiplin, ilham, dan
wawasan. Wajar bila di setiap halaman selalu ada pernyataan, kalimat, adagium,
parafrasa, ungkapan, yang bisa dijadikan penggugah dan kutipan favorit, pengikat
semangat bagi pembaca, terlebih-lebih bila mereka sedang mencari peneguh
memasuki dunia tulis-menulis.
Sesama
kontributor pun ternyata saling belajar, apalagi dari penulis atau guru menulis
legendaris yang jadi favorit mereka ketika masih muda dan perlahan-lahan meniti
karier di dunia penulisan. Mereka rendah hati, mau bekerja sama, mudah membantu.
Karena para penyumbang adalah “penulis yang diterbitkan”, kehidupan dan
kariernya mempertaruhkan kemampuan menulis, sikap menghadapi penolakan dan
bersabar dengan kegagalan menjadi topik yang sering dibahas. Pada saatnya mereka
menemukan kemampuan terbaik sebagai kekuatan terbesar.
Uang,
kesuksesan materi dan karier, sekilas menjadi motif dan ukuran puncak seorang
penulis. Meski pernah silau oleh itu semua mereka lebih mengejar kepuasan batin
dan hanya ingin berhasil menulis sebaik-baiknya.
Akhirnya disadari
bahwa paling berharga dan bernilai tiada terkira ialah niat menemukan
kebahagiaan, dimana Pembaca sekarang malah sering terkesiap oleh cerita
mengesankan dari manapun, meski spam, tetapi setelah dibaca ternyata
membangkitkan spirit, dan langsung nendang ke hati.
(Disarikan dari sumber : Anwar Holid – Eksponen Komunitas TEXTOUR Rumah Buku Bandung, Harian Kompas 15 April 2007)