TAJUK............... Edisi no.043/III/Juli 2007

 

MENEMUKAN SEMANGAT MENULIS

   Pada jaman modern sekarang ini banyak sekali serial buku menawarkan tema yang amat luas demi menjangkau kalangan tertentu sebanyak-banyaknya. Termasuk remaja, ibu-ibu, wanita karier, kakek-nenek, bahkan narapidana.
          Pembaca bisa memulai dari mana saja sebab kualitas cerita dan tujuannya sama, yaitu menyentuh, mengharukan, memberi semangat. Kisah-kisah di dalam cerita sarat dengan pelajaran, wawasan, dan kebijaksanaan, hingga selesai membaca salah satu kisah, pembaca sering terenyak oleh betapa hidup seseorang bisa berubah oleh peristiwa tertentu yang sangat mengesankan; ketika itulah seseorang mendapat pelajaran hidup yang tiada terkira mahal, melekat terus dalam benak, sulit dilupakan.
          Pemberi semangat bisa dipastikan adalah bukan jenis penulis atau “sastrawan” lusuh, kere, atau yang hidup dalam ketegangan mencari ide orisinal dan ingin menelurkan karya fenomenal, akan tetapi mereka adalah jenis penulis sukses yang mau belajar dari kesalahan dan hati-hati menjalani karier. Meski bukan tipe penulis kelas pemenang hadiah Nobel dan anugerah sastra terkemuka, teladan dari mereka ialah disiplin, berdedikasi, dan profesional.
          Kisah penyemangat dari beberapa penulis lain terungkap satu demi satu, hanya nuansa dan penekanannya berbeda-beda. Kisah itu ditulis jujur, tulus dengan tujuan berbagi gairah, kebahagiaan, pelajaran, dedikasi, profesionalisme, disiplin, ilham, dan wawasan. Wajar bila di setiap halaman selalu ada pernyataan, kalimat, adagium, parafrasa, ungkapan, yang bisa dijadikan penggugah dan kutipan favorit, pengikat semangat bagi pembaca, terlebih-lebih bila mereka sedang mencari peneguh memasuki dunia tulis-menulis.
          Sesama kontributor pun ternyata saling belajar, apalagi dari penulis atau guru menulis legendaris yang jadi favorit mereka ketika masih muda dan perlahan-lahan meniti karier di dunia penulisan. Mereka rendah hati, mau bekerja sama, mudah membantu. Karena para penyumbang adalah “penulis yang diterbitkan”, kehidupan dan kariernya mempertaruhkan kemampuan menulis, sikap menghadapi penolakan dan bersabar dengan kegagalan menjadi topik yang sering dibahas. Pada saatnya mereka menemukan kemampuan terbaik sebagai kekuatan terbesar.
          Uang, kesuksesan materi dan karier, sekilas menjadi motif dan ukuran puncak seorang penulis. Meski pernah silau oleh itu semua mereka lebih mengejar kepuasan batin dan hanya ingin berhasil menulis sebaik-baiknya.
         Akhirnya disadari bahwa paling berharga dan bernilai tiada terkira ialah niat menemukan kebahagiaan, dimana Pembaca sekarang malah sering terkesiap oleh cerita mengesankan dari manapun, meski spam, tetapi setelah dibaca ternyata membangkitkan spirit, dan langsung nendang ke hati.

 (Disarikan dari sumber : Anwar Holid – Eksponen Komunitas TEXTOUR Rumah Buku Bandung, Harian Kompas 15 April 2007)