SELAMAT DATANG PEJUANG MUDAKU
“Selamat datang pejuang mudaku,
baktimu kutunggu” adalah
bunyi slogan baliho raksasa yang menancap tepat di mulut jalan masuk sebuah
kampus ternama di kota Malang ini. Baliho itu seakan-akan tak mau melewatkan
sebiji mata pun tatapan manusia-manusia yang berjalan di depannya untuk sekedar
membaca atau merenungi maksudnya. Poster yang senada dengan Baliho itu menempel
nyaris diseluruh permukaan tembok sang kampus. Sekumpulan muda-mudi
bergerombol di dekatnya, mereka sibuk menyebar pamflet-pamflet propaganda,
berisi kata-kata bermakna dan mengajak, berseru suara agar pendengarnya
memaklumi, dan mungkin mendukung perjuangannaya. Pagi yang penuh semangat ini
sebagai obat setelah sehari sebelumnya energi habis terkuras untuk penggantian
pengurus organisasi intra universitas tersebut.
Sesungguhnya ada makna khusus dibalik pergantian suatu kepengurusan organisasi,
yakni sebuah suksesi untuk kaderisasi, baik kader kepemimpinan maupun kader
pengurus yang akan melanjutkan kelangsungan hidup sebuah organisasi. Kader
memang harga mati, tanpa kader organisasi tak akan ada. Kader adalah jiwa dan
semangat yang menghembuskan nafas organisasi. Seorang pakar organisasi James
D Moneey mengatakan “Organisasi adalah setiap pesero bentuk ikatan
manusia untuk mencapai tujuan secara bersama, untuk itulah diperlukan ikatan
manusia yang menjadi kader-kadernya”. Siapakah yang menjalankan roda
organisasi ini? siapkah orang yang mau meneruskan perjuangan mencapai tujuan dan
cita-cita organisasi?.
Siapa tunas-tunas muda itu
yang bersemi, mengisi hidup mengganti yang tua? Maka sesungguhnya bagaimanakah
mencipta kader yang berkemampuan adalah tugas utama sebuah organisasi, tugas
kita bersama menciptakan pejuang-pejuang muda yang mumpuni dan disegani,
menciptakan pejuang yang berbakti.
Pada suatu kesempatan Prof DR Siti Chamammah Soeratno, ketua PP Gerakan Aisiyyah
menegaskan “kami hanya mencari orang-orang yang memiliki Ghiroh
(gairah/
semangat yang
menyala-nyala) yang PKB, pinter, kober dan bener untuk mengisi posisi
penting di kepengurusan”
mengapa hanya tiga kriteria itu saja yang ditekankan, menurut beliau itu saja
sudah sulit mencarinya, di jaman sekarang ini. Pencarian kader dimulai secara
hierarki di tingkat bawah organisasi, karena mencari adalah tugas kepengurusan
pusat yang memiliki jaringan di daerah memiliki cabang-cabang tersebar di
beberapa tempat. Jika demikian organisasi pusat hanyalah meneliti siapakah
kader-kader di daerah yang siap dijadikan pengurus tingkat yang lebih tinggi.
Sedangkan di tingkat paling bawah, di unit-unit terkecil dan terendah kader
adalah diciptakan, karena secara Hierarki tidak ada lagi kepanjangan tangan
organisasi yang lebih kecil atau lebih rendah, oleh karenanya tugas mencipta
kader adalah yang lebih penting dan berat untuk dijalankan. Di jaman orde baru
pada masa kepemimpinan Soeharto untuk mendukung rezim yang berkuasa, suatu
sistem telah dijalankan dengan sangat komprehensif dan holistik dengan
menanamkan doktrin-doktrin Pancasila melalui penataran P4 diseluruh sekolah,
kantor kantor pemerintah dan BUMN dari sanalah sumber kader-kader baru dipilih.
Sebagian besar gerakan organisasi memilih menciptakan doktrin pemersatu untuk
mendulang calon-calon kadernya, Doktrin tersebut dijalankan sesuai misi dan visi
organisasi dan merupakan rel kereta yang memastikan ia berjalan semestinya
menuju cita-cita perjuangan organisasi. Sebagai contoh gerakan KNPI, AMPG,
Karang Taruna, Pemuda Pancasila yang tidak lepas dari semangat Nasionalisme
tinggi terhadap NKRI, demikian pula PDIP, PNI, Partai Demokrat atau
partai-partai nasionalis lainnya dengan Nasionalisme dan demokrasi. Gerakan
Muhammadiyah, Aisiyyah, Pemuda Muhammadiyah, Naisyatul Aisiyyah, IMM, IRM dengan
semangat dakwah pembaharuan atau Tajdid yang moderat , NU, GP
Anshor, Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU melalui gerakan dakwah kulturalnya.
Organisasi-organisasi Zakat seperti Dompet Dhuafa, LAGZIS, BMH, Rumah Zakat
Indonesia, YDSF, BAZDA dengan semangat keberpihakan kepada kaum miskin dan
lemah. Oganisasi Kampus seperti HMI, KAMMI, Senat Mahasiswa, HMJ tak pernah
lepas dari idealismenya yang tinggi.
Bagaimana dengan kita? Adakah Ghiroh itu? Adakah semangat yang
berkobar menyala-nyala itu? Adalah semangat pemersatu hati kita? Adakah doktrin
sebagai rel perjuangan kita? Adalah tugas kita bersama untuk menciptakan iklim
berorganisasi yang baik dan bersemangat. Kader-kader pengurus yang baru harus
terus-menerus dibina dan dilatih melalui workshop pelatihan atau training agar
cita-cita dan perjuangan terus berlanjut, agar semangat terus berkobar agar tak
kehilangan arah dan tujuan. Di akhir kata penulis menukil pesan penting yang
disampaikan oleh Ali Bin Abi Thalib RA, beliau mengingatkan bahwa Kebenaran yang
tidak terorganisir akan kalah dan terlindas oleh kebathilan yang terorganisir.
Maka selamat bertugas kepada pengurus SP NIBA Arema yang baru, selamat bekerja
dan “Selamat datang pejuang mudaku, baktimu kutunggu”.
(Herunanto Endroyono)