OPINI............... Edisi no.042/III/April 2007

SELAMAT DATANG PEJUANG MUDAKU

        “Selamat datang pejuang mudaku, baktimu kutunggu” adalah bunyi slogan  baliho raksasa yang menancap tepat di mulut jalan masuk sebuah kampus ternama di kota Malang ini. Baliho itu seakan-akan tak mau  melewatkan sebiji mata pun tatapan manusia-manusia yang berjalan  di depannya untuk sekedar membaca atau merenungi maksudnya. Poster yang senada dengan Baliho itu menempel nyaris diseluruh  permukaan tembok sang kampus. Sekumpulan muda-mudi  bergerombol di dekatnya, mereka sibuk menyebar pamflet-pamflet propaganda, berisi kata-kata bermakna dan mengajak, berseru suara agar pendengarnya memaklumi, dan mungkin mendukung perjuangannaya. Pagi yang penuh semangat ini sebagai obat setelah sehari sebelumnya energi habis terkuras untuk penggantian  pengurus organisasi intra universitas tersebut.
        Sesungguhnya  ada makna khusus dibalik pergantian suatu kepengurusan organisasi, yakni sebuah suksesi untuk kaderisasi, baik kader kepemimpinan maupun kader pengurus yang akan melanjutkan kelangsungan hidup sebuah organisasi. Kader memang harga mati, tanpa kader organisasi tak akan ada. Kader adalah jiwa dan semangat yang menghembuskan nafas organisasi. Seorang pakar organisasi James D Moneey mengatakan “Organisasi adalah setiap pesero bentuk ikatan manusia untuk mencapai tujuan secara bersama, untuk itulah diperlukan ikatan manusia yang menjadi kader-kadernya”. Siapakah yang menjalankan roda organisasi ini? siapkah orang yang mau meneruskan perjuangan mencapai tujuan dan cita-cita organisasi?.
Siapa tunas-tunas muda itu yang bersemi, mengisi hidup  mengganti yang tua?  Maka sesungguhnya bagaimanakah mencipta kader yang berkemampuan adalah tugas utama sebuah organisasi, tugas kita bersama  menciptakan pejuang-pejuang muda yang mumpuni dan disegani,  menciptakan pejuang yang berbakti.
         Pada suatu kesempatan Prof DR Siti Chamammah Soeratno, ketua PP Gerakan Aisiyyah menegaskan “kami hanya mencari orang-orang yang memiliki Ghiroh (gairah/ semangat yang menyala-nyala) yang PKB, pinter, kober dan bener     untuk mengisi posisi penting di kepengurusan” mengapa hanya tiga kriteria itu saja yang ditekankan, menurut beliau itu saja sudah sulit mencarinya, di jaman sekarang ini. Pencarian kader dimulai secara hierarki di tingkat bawah organisasi, karena mencari adalah tugas kepengurusan pusat yang memiliki jaringan di daerah memiliki cabang-cabang tersebar di beberapa tempat. Jika demikian organisasi pusat hanyalah meneliti siapakah kader-kader di daerah yang siap dijadikan pengurus tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan di tingkat paling bawah, di unit-unit terkecil dan terendah kader adalah diciptakan, karena secara Hierarki tidak ada lagi kepanjangan tangan organisasi yang lebih kecil atau lebih rendah, oleh karenanya tugas mencipta kader adalah yang lebih penting dan berat untuk dijalankan. Di jaman orde baru pada masa kepemimpinan Soeharto untuk mendukung rezim yang berkuasa, suatu sistem telah dijalankan dengan sangat komprehensif dan holistik dengan  menanamkan doktrin-doktrin Pancasila melalui penataran P4 diseluruh sekolah, kantor kantor pemerintah dan BUMN dari sanalah sumber kader-kader baru dipilih.
         Sebagian besar gerakan organisasi memilih menciptakan doktrin pemersatu untuk mendulang calon-calon kadernya, Doktrin tersebut dijalankan sesuai misi dan visi organisasi dan merupakan rel kereta yang  memastikan ia berjalan semestinya menuju cita-cita perjuangan organisasi. Sebagai contoh gerakan KNPI, AMPG, Karang Taruna, Pemuda Pancasila  yang tidak lepas dari semangat Nasionalisme tinggi terhadap NKRI, demikian pula PDIP, PNI, Partai Demokrat atau partai-partai nasionalis lainnya dengan Nasionalisme dan demokrasi. Gerakan Muhammadiyah, Aisiyyah, Pemuda Muhammadiyah, Naisyatul Aisiyyah, IMM, IRM dengan semangat dakwah pembaharuan atau Tajdid yang moderat , NU, GP Anshor, Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU melalui gerakan dakwah kulturalnya. Organisasi-organisasi Zakat seperti Dompet Dhuafa, LAGZIS, BMH, Rumah Zakat Indonesia, YDSF, BAZDA dengan semangat keberpihakan kepada kaum miskin dan lemah. Oganisasi Kampus seperti HMI, KAMMI, Senat Mahasiswa, HMJ tak pernah lepas dari  idealismenya yang tinggi.
         Bagaimana dengan kita? Adakah Ghiroh itu? Adakah semangat yang berkobar menyala-nyala itu? Adalah semangat pemersatu hati kita? Adakah doktrin sebagai  rel perjuangan kita? Adalah tugas kita bersama untuk menciptakan iklim berorganisasi yang baik dan bersemangat. Kader-kader pengurus yang baru harus terus-menerus dibina dan dilatih melalui workshop pelatihan atau training agar cita-cita dan perjuangan terus berlanjut, agar semangat terus berkobar agar tak kehilangan arah dan tujuan. Di akhir kata penulis menukil pesan penting yang disampaikan oleh Ali Bin Abi Thalib RA, beliau mengingatkan bahwa Kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah dan terlindas oleh kebathilan yang terorganisir.
Maka selamat bertugas kepada pengurus SP NIBA Arema yang baru, selamat bekerja  dan “Selamat datang pejuang mudaku, baktimu kutunggu”.

(Herunanto Endroyono)